That XX
Cast : -Kwon
Jiyong
-Sandara Park
-Other cast~
Hem...
hepi riding aja dehya._.v~!!!
Dara’s POV
“Sandara! Kwon Sajangnim ingin bertemu denganmu!” Kata SeungNa.
“Mwo?
Jinjja? Bertemu denganku? Tidak
salah?” Tanyaku tak percaya.
“Ne!
Katanya mau membicarakan tentang meeting
kemarin! Sana! Ppaliwa,Sandara-ya!” Kata SeungNa.
“Eo...”
Kataku seadanya.
Kwon Sajangnim Room.
“Park-sshi! Kemarilah!” Suruh Kwon Sajangnim
sambil menunjuk kearah sofa didepan jendela besar yang memperlihatkan kota
Seoul.
“Mworago,Kwon Sajangnim? Sepertinya penting.”
Tanyaku.
“Ne!
Kau kemarin ikut meeting?” Tanya Kwon
Sajangnim.
“Ne.”
Jawabku,seadanya.
“Kau bertemu dengan anakku? Dia kemarin
kusuruh kesini untuk menggantikanku” tanya Kwon Sajangnim.
“Nugu?”
Tanyaku.
“Kwon Jiyong,namanya. Kau bertemu
dengannya?” tanyanya lagi.
“....K-kwon...Ji-jiyong?” tanyaku
terbata-bata.
--Flashback—
Hari ini meeting tetap dijalankan,walaupun Kwon Sajangnim sedang Jepang. Ah,malasnya~
“Aw!” teriakku saat ada seorang namja menabrakku.
“Gwaenchana?”
Tanyanya sambil merapikan berkas-berkasku dan berkasnya yang terjatuh dilantai.
“Ah,ne..
neo?” tanyaku,ikut mengambil berkasku
dan berkasnya. Tunggu! Untuk apa aku mengambil berkas-berkasnya?!
“Ne..
Ige! Berkas-berkasmu kan?” tanyanya
sambil menyodorkan map-map yang masih berantakan.
“Ne,ghamsahamnida!”
Kataku berterimakasih. “Nugu? Aku
tidak pernah melihatmu disini!” tanyaku. Belum menjawab pertanyaanku dia sudah
menghilang. Magic.
Meetingpun dimulai.
Tapi tunggu! Siapa yang memimpin meeting
ini? Kwon Sajangnim tidak hadir!
“Annyeonghasseo!Kalian
pasti sudah mengenal saya! Kali ini saya yang akan menggantikan Kwon Sajangnim,karena dia ada urusan di
Jepang sehingga tidak bisa hadir disini!” kata seorang namja yang baru saja aku mendengar suara ini.
“Kali ini saya akan membahas tentang
pemilik saham disini! Siapa yang mau memberikan usul?” tanyanya sambil
mengutak-atik berkas-berkasnya yang ada dimejanya. Akupun ikut mengutak-atik
berkasku yang tadi masih berantakan. Tapi tunggu! Ada map yang tidak kukenali.
Awalnya aku tidak mau membuka map itu,tapi feelku
berkata lain. Aku membuka map itu.
Yth,Kwon Jiyong
Pemindahan
pekerjaan
Dengan izin Kwon
Sajangnim anda akan dipindahkan ke
Perusahaan K sebagai Direktur Utama.
Sisanya kalian bisa cari tau sendiri.
Tunggu,jangan-jangan dia yang sering dibicarakan oleh SeungNa. Kwon Jiyong.
--Flashback END--
“Park-sshi! Saya dengar anda yang menjadi pemegang saham untuk 5 tahun
kedepan.” Kata Kwon Sajangnim.
“Ah.. ne,Sajangnim!”
kataku yang masih setengah sadar.
“Hari ini hari terakhir saya disini!
Saya akan pensiun,dan kau tau? Saya akan digantikan oleh anak saya!” kata Kwon Sajangnim dengar nada sumringah.
“Andwae!”
Kataku refleks. Karna memang,akulah orang yang paling dekat dengannya. Walaupun
bukat asisten atau sekertarisnya.
“Tenang saja! Kau tidak perlu cemas!
Selama aku dia memimpin,aku akan tetap berada disini! Dan,aku punya berita
bagus untukmu! Kau tidak perlu menjadi pemegang saham! Cukup jadi wakil
direktur disini saja!” kata Kwon Sajangnim.
“Maksudnya,aku.. mwo? Anda serius? Anda percaya kepada saya? Sepercaya itukah anda?”
tanyaku tidak percaya.
“Ne,anda
sudah hampir 5 tahun disini! Mana mungkin saya tidak percaya kepada anda?
Sudahlah! Menjadi wakil direktur tidak terlalu sulit! Anda sudah sering lembur
beberapa hari ini hanya untuk menjadi pemegang saham,saya tidak mau karena hal
itu anda hanya menjadi pemegang saham selama 5 tahun. Itupun kalau anda tidak
dipecat oleh anak saya!” katanya diakhiri oleh tawaan. Entah kenapa aku merasa
tidak rela. Aku ingin menjadi pemegang saham karena ini kemauannya. Ia terlalu
percaya.
Dara’s POV end
Jiyong’s POV
“Aisshi!
Kenapa aeboji sangat ingin
menjadikanku sebagai direktur utama di perusahaannya? Dengan alasan kalau dia
mau pensiun! Dia masih muda untuk menjadi seorang pensiun!” keluhku sambil
melempar foto aeboji ke dalam gentong
(mian authornya gatau harus masukin kemana-_-) yang sudah kuberi api. Tiba-tiba
aku teringat pemegang saham di perusahaan aeboji.
Dia terlihat sangat muda. Mungkin umurnya masih 19 tahun. Tapi aeboji bilang anak itu sudah bekerja
padanya selama 5 tahun. Itu artinya dia bekerja pada aeboji sejak dia berumur 14 tahun. Hebat sekali dia.
“Ya,Jiyong-ah!” panggil seseorang.
“Noona?
Mwo?” tanyaku dengan muka tak
bersalah.
“Kenapa kau membakar foto appa? Apa salah dia,huh?” tanyanya.
“Salahnya? Salahnya itu telah
menjabatkanku menjadi direktur utama di perusahaannya! Itu kesalahan
terbesarnya!” jawabku dengan nada tinggi.
“Ya!
Hanya karena itu?” tanyanya.
“Mwo?
‘Hanya karena itu’ katamu?” tanyaku dengan nada yang sedikit tinggi.
“Ya!
Kecilkan suaramu!” suruhnya dengan nada yang tidak kalah tinggi.
“Wae?
Salah jika suaraku ditinggikan? Salah?” tanyaku dengan nada yang lumayan
tinggi.
“Ne!
Salah! Kau bisa membangunkan eomma!”
“Dia sudah bangun,babo noona!” kataku. Dami noona
melihat kebelakang. Ternyata benar, eomma
sudah bangun dari tidurnya.
“Jweisonghamnida,eomma!”
katanya.
“Cih,jangan belagak baik didepan eomma! Tunjukkan dirimu yang asli!”
kataku kecil.
“Apa katamu,Kwon Jiyong?” tanya Dami noona.
“Aisshi..
apakah masih pantas kau dipanggil ‘noona’?”
tanyaku.
“Eomma!
Hukum anak ini! Dia tak pantas disebut ‘Kwon Jiyong’!” adunya.
“Kan,sudah kubilang! Kau ini tidak
pantas dipanggil ‘noona’!” kataku.
Ini serius. Aku tidak bermaksud bercanda.
“Kalian ini.. Jiyong-ah,aeboji
ingin bertemu denganmu. Setelah bertemu dengannya,kau bereskan sampah-sampah
yang sudah kau buat ini!” kata Eomma.
Aneh. Dia terlalu sabar. Aku menemui aeboji
di ruang tamu. Kulihat dia sedang mengobrol dengan seorang yeoja,ahjussi,dan ahjumma. Yeoja itu. Aku pernah melihatnya. Sandara Park..
“Ah! Jiyong-ah! Sudah lama kau berdiri disitu? Kemarilah!” suruh aeboji.
“Nugu?”
tanyaku dingin. Ya,inilah aku. selalu dingin didepan orang baru.
“Ige
Sandara Park,wakil direktur di perusahaanku..” jawab aeboji. Mwo? Wakil
direktur? Anak itu kan pemegang saham!
“..Dan kedua orang tuanya. Aku baru saja
menobatkan dia menjadi wakil direktur.” Jawabnya.
“Apa.. dia satu ruangan denganku?”
tanyaku.
“Ne!
Aku baru saja mengajak dia dan kedua orang tuanya tinggal dirumah yang dekat
dengan perusahaanku,ah maksudku perusahaanmu.” Jawab aeboji.
“Andwae!
Rumah itu rumahku!” larangku.
“Semua alat-alat musik dirumah itu sudah
kupindahkan ke studio barumu. Aku membelikannya. Dekat dengan rumah yang dulu.
Kau tenang saja!” katanya.
“Sandara juga suka musik!” kata aeboji lagi. Aisshi,memangnya siapa yang tanya? Gumanku.
“Lalu?” tanyaku dingin.
“Diruangan kalian sudah kusimpan
beberapa alat musik,seperti gitar dan piano.” Jawabnya. ‘Itu bukan beberapa,tapi hanya dua..’ ingin sekali aku bilang begitu padanya.
“Gitar?” tanyaku.
“Kudengar kau sering membuat lirik lagu.
Jadi kubelikan gitar untukmu.” Jawab aeboji.
“Aku sudah punya gitar sendiri. Tidak
perlu dibelikan. Dan aku juga tidak mau menjadi direktur utama. Membosankan.”
Kataku dingin. Semua menatapku tajam. Lalu mendadak tertawa. Namun,Sandara
tidak.
“Aisshi,aku
serius! Aku tidak mau menjadi direktur utama. Aku masih ingin melewati masa
mudaku! Sudahlah,lagipula aeboji
masih kuat kan menandatangani beberapa berkas? Dan,kuharap aeboji salah memilih wakil direktur.” Kataku dingin lalu beranjak
pergi kearah taman.
“Hhh,dia kira aku mudah dibujuk.” Kataku
sinis sambil kembali membakar beberapa foto aeboji.
Kulihat ada foto aeboji dan yeoja yang bernama Sandara itu. Betapa
akrabnya mereka. Seberapa dekatnya mereka. Apa jika eomma melihat foto ini akan marah? Kucoba~
“Eomma~!”
panggilku manja. Sebenarnya ini menjijikan.
“Ne,Jiyong-ah. Ada apa?” tanyanya.
“Lihatlah! Ini foto aeboji dengan seorang wanita!” kataku sambil menyodorkan foto aeboji dan Sandara.
“Ah!” Kata Eomma kaget. Inilah saatnya! Aku ingin melihat dia marah. “Ini kan
Sandara! Darimana kau dapat foto ini? Omona,Sandara
tidak berbeda sekali! Tetap cantik seperti sekarang!” lanjut Eomma. Mwo? Ini bukan seperti yang aku inginkan!
“Yeoppo?”
tanyaku.
“Ne!
Yeoppo yeoja!” jawab eomma
menjelaskan.
“Aisshi!”
keluhku.
“Kwon Jiyong?
Jangan berkata seperti itu! Kau ini seorang ‘Kwon’! jangan ulangi lagi ya?”
katanya sambil melanjutkan memasak. Apa maksudnya ‘seorang kwon’? apa maksudnya
seorang yang bermarga Kwon itu beda dan harus berbicara formal dan baik? Kalau
begitu aku ingin menjadi seorang Lee! Lee Jiyong! Tidak aneh kan. Aku kembali
ke taman. Sampai disana,aku melihat seorang yeoja
yang rambutnya terurai. Aishhi,sexy..
pikirku.
“Nugu?” tanyaku.
“Ah! Annyeonghasseo! Sandara Park imnida!” jawabnya.
“Oh kau.” Kataku
dingin.
“Jweisonghamnida,kau sedang membakar
apa?” tanyanya.
“Perlu kujawab?”
tanyaku dingin dan menghampirinya. “Urusanmu?” tanyaku sambil mendekatkan
wajhaku kewajahnya. Nafasnya tak beraturan. Heh,dia kira aku akan menciumnya?
Dasar yeoja aneh!
“Kau kira aku
akan menciummu?” tanyaku. Dia tak menjawab lagi. Akupun langsung menjauhkan
wajahku. Kasihan juga melihatnya takut seperti itu.
“Aku sedang
membakar foto aeboji. Jangan bilang
padanya!” kataku. “Dan sekarang aku akan membakar fotomu dan aeboji yang cukup banyak. Aku muak
melihat mukamu dan aeboji.
Anehnya,ibuku bilang kau cantik. Menurutku tidak.” Lanjutku. Wajahnya
berseri-seri,dan mendadak murung. Hahaha,cepat sekali pergantian mood nya itu!
“Kwon-sshi ini!” katanya.
“Panggil saja
aku ‘oppa’. Aku merasa tinggi
dipanggil seperti itu.” Kataku dingin. Dia tersenyum. Manis sekali. Andwae! Kwon Jiyong! Ada apa denganmu!
“Ne,oppa..” katanya.
“Menurutku kau
tidak cantik ataupun manis.” Kataku dingin. Wajah cerianya berubah menjadi
murung. “Menurutku,kau ini cantik dari belakang dan sexy dari depan.”
Lanjutku,dingin.
“Oppa ini bisa saja!” katanya malu sambil
memuku tanganku kecil.
“Kata siapa kau
boleh memukulku?” tanyaku dingin.
“AH! Jweisonghamnida!” katanya sambil nge-bow berkali-kali.
“Ahahaha! Aku
hanya bercanda!” kataku tertawa puas. Dia mengucapkan hal yang sama. ‘Oppa ini bisa saja!’ dan memukulku. Aku
berlari dan kejar-kejaran itu diakhiri dengan tiduran di rumput yang
hangat,halus,dan lembut.
“Tunggu! Umurmu
berapa?” tanyanya tiba-tiba.
“25 tahun. Wae?” tanyaku balik.
“Kau lebih muda
dariku. Aku tidak usah memanggilmu ‘oppa’.”
Katanya.
“umurmu?”
tanyaku.
“29 tahun.
Memang kau kira aku umur berapa?” tanyanya.
“Oh.. kukira kau
berumur 19 tahun. Mianhae,noona..”
kataku.
“Jangan
memanggilku ‘noona’ aku tidak setua
itu!”
“Lalu?”
“Dara! Panggil
aku Dara!”
“Dara? Nama yang
aneh..”
“Kau ini! Selalu
bilang aku aneh!”
“Bukan kau yang
aneh,namamu. Aku lebih suka Sandara daripada Dara..”
“Maksudmu? Kau
menyukaiku?”
“Hanya menyukai
namamu. Kau ini jelek,aku tidak mungkin menyukaimu.”
“Apa
cita-citamu?” tanyanya memulai pembicaraan,mengalihkan pembicaraan tepatnya.
“Apa saja. Yang
penting aku bahagia.” Jawabku dingin.
“Ya! Kenapa kau menjadi dingin lagi,huh?”
tanyanya,sepertinya kesal. Hahaha,wajahnya lucu sekali!
“Kau ini
benar-benar berumur 29 tahun?” tanyaku.
“Ne! Wae?” dia balik bertanya.
“Wajahmu tidak
meyakinkan..”
“Maksudmu?
Jangan bilang kalau wajahku aneh seaneh namaku,begitu?” wajahnya,aku tak bisa
menahan tawa. Tawaku pun lepas dengan bebas (?).
“Ya! Kenapa kau tertawa? Ada yang aneh?
Ada yang lucu? Apa aku lucu?” tanyanya lagi. Rasa ingin taunya besar sekali.
Dan pertanyaan terakhirnya itu benar-benar benar (?)
“Ya! Jawab pertanyaanku!” Teriaknya.
“Ya,kau lucu
saat kesak seperti tadi. Sangat lucu,” jawabku mencoba bersikap dingin padanya.
Kulihat wajahnya memerah. Seperti orang malu. Sudah,aku sudah cukup memujinya. Aku
harus kembali bersikap dingin padanya. Nanti di akan angkuh padaku. Jangan sampai
hal itu terjadi.
“Kau menyetujui
hal yang tadi ayahku bicarakan?” tanyaku,dingin.
“Molla. Aku hanya mengikuti apa yang ia
suruh. Aku sudah menganggapnya sebagai appaku
sendiri. kau sendiri?” tanyanya.
“Aniya. Aku akan segera menolaknya. Akan segera.
Secepatnya. Secepat mungkin kalau bisa.” Kataku dingin.
“Kau ini aneh. Tadi
memujiku,menjahiliku,dan sekarang bersikap dingin padaku. Ada apa denganmu?”
tanyanya.
“Tak perlu
dijawab.” Jawabku sambil bangkit dari tiduran yang cukup enak di atas rumput. “Aku
harus pergi. Annyeong.” Pamitku.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar